SURABAYA - Dua wartawan Surya, Kuncarsono Prasetyo dan Marta Nurfaidah, kembali masuk nominasi Anugerah Adiwarta Sampoerna (AAS) 2009. Ini kali kedua bagi dua wartawan ini menembus AAS.
Pada 2008 lalu, Marta masuk nominasi AAS 2008 dan menjadi pemenang dengan tulisan tentang pengungsi Sampit. Tahun sebelumnya, pada AAS 2007, Kuncar masuk nominasi dan kemudian juga menang dengan tulisan tentang kebakaran Pasar Turi Surabaya.
AAS adalah ajang nasional tahunan paling bergengsi untuk memilih karya jurnalistik televisi, media cetak, dan online terbaik sepanjang tahun. Ada dua kategori dan 12 bidang tulisan yang dilombakan.
Karya Marta yang berjudul Geliat Asa di Liponsos Ex Penderita Kusta Surabaya, masuk dalam kategori tulisan kemanusiaan bidang sosial. Sementara tulisan Kuncar dengan judul Carut Marut Penataan Reklame Surabaya, masuk dalam kategori investigasi bidang hukum.
Dikatakan Effendi Gazali, salah satu anggota dewan juri final Cetak dan Online, dewan juri final AAS 2009 untuk kategori Cetak dan Online membutuhkan waktu lebih dari dua hari untuk akhirnya memberi keputusan finalis pada Rabu (25/11).Effendi mengakui AAS kali ini lebih berkualitas karena banyak karya berani.
Pengumuman pemenang AAS 2009 akan diselenggarakan di Grand Ballroom XXI Djakarta Theater, Kamis, (3/12). Ratusan tokoh pers dan pelaku media direncanakan hadir pada puncak penghargaan bagi pelaku media di Indonesia.
Marta Nurfaidah bersyukur karyanya masuk AAS. “Kelak meskipun menang atau kalah yang penting berpartisipasi,” kata Marta. Gadis asli Jombang ini mengatakan ada pesan dalam dalam tulisannya yang mengangkat penderita kusta di penampungan.
Dia ingin mengungkapkan betapa terpinggirkan orang-orang yang menderita kusta akibat minimnya pelayanan sosial. Tulisan ini dimuat berseri di Surya tanggal 9, 10, dan 11 Oktober lalu.
Sementara Kuncarsono Prasetyo mengaku tidak memberi target menang. “Saingannya berat. Yang penting meneruskan tradisi Surya yang wartawannya masuk nominator AAS,” katanya. Tulisannya dimuat di Surya berseri selama 13 kali. “Saya menulis tanpa sumber resmi. Banyak godaan dan ancaman gara-gara tulisan ini,” ungkapnya.
Posting Komentar
Disclaimer : Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi SUARAPUBLIC. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan